Minggu, 22 Februari 2009

siMBOL peLAjaR SURABAYA


Jawa Timur yang beribukoya Surabaya merupakan Kota Metropolitan ke 2 setelah DKI Jakarta.Status tersebut yang membuat segala aspek menjadi urutan ke 2 atau bahkan yang terakhir setelah Lifestyle.Aspek yang dulu menjadi prioritas utama sekarang malah menjadi sesuatu yang tidak penting bagi warga Surabaya.Kebudayaan,agama,sosial,tradisi dan pendidikan merupakan faktor yang mempengaruhi berkembang nya suatu Kota.
sistem pendidikan saat ini menjadi suatu aspek yang menurut saya sebagai siswa tidak begitu di hiraukan meskipun Pemerintah telah memberi bantuan kepada warga yang tidak mampu untuk melanjutkan sekolah dengan bantuan tersebut tapi masi ada beberapa yang tidak memanfaatkan itu semua.Padahal mereka di biayai oleh seluruh warga Jawa Timur guna mencerdaskan anak bangsa.Aset bangsa yang terpenting asaat ini buka masalah Gedung,Department Store atau Obyek wisata belanja tetapi adalah Pemuda Pemudi yang akan melanjutkan perjuangan para pemimpin bangsa.
Pendidikan menjadi jalan yang terbaik untuk para generasi bangsa menimba ilmu dari sekolah mereka.Kebanyakan para pelajar sekarang tidak begitu menghiraukan pelajaran mereka sehingga dapat terjadi kejadian yang tidak diharapkan oleh pihak sekolah atau pun orang tua mereka yang sangat berharap pada mereka.
Sebagai contoh artikel berikut :
Polisi Periksa SMUN Boyolangu Terkait Video Kekerasan Tulungagung - Kepolisian Sektor (Polsek) Boyolangu, Jumat, mendatangi Sekolah Menengah Umum Negeri (SMUN) I Boyolangu, Jalan Ki Mangunsarkoro, Desa Beji, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, untuk melakukan pemeriksaaan terkait beredarnya video kekerasan antar pelajar putri di sekolah tersebut.
"Kami ingin memastikan langsung tentang beredarnya video kekerasan itu, apakah benar melibatkan pelajar di sekolah ini atau tidak," kata Kapolsek Boyolangu, AKP I Nengah Sutedja.
Kapolsek yang ditemui di sekolah tersebut mengaku, hingga kini pihaknya masih belum mendapatkan titik terang masalah tersebut, karena selama sepekan ini, siswi yang terlibat masalah dengan rekannya itu tidak masuk sekolah.
"Kemungkinan kami akan langsung menemui pihak keluarga, mencari tahu masalah tersebut. Sesudah itu, kami akan mengambil langkah selanjutnya," katanya.
Sementara itu, Kepala Sekolah SMUN I Boyolangu, Sawari Hadi Siswanto mengaku baru mengetahui tentang video kekerasan tersebut.
Ia tidak menyangka anak didiknya dapat melakukan tindakan tersebut. "Kami terlambat mengetahui masalah tersebut, dan baru tahu sekarang," katanya.
Ia mengatakan, hingga kini pihaknya juga masih belum mengetahui penyebab pasti terjadinya aksi kekerasan yang dilakukan di depan kantin sekolah itu.
Menurut dia, anak didik yanga diduga terlibat dalam kekerasan yang terekam dalam video itu sejak sepekan terakhir tidak masuk sekolah.
"Motif sesungguhnya kami belum mengetahui. Tetapi, kami akan segera memanggil rangtua kedua belah pihak dan membicarakannya secara kekeluargaan," kata Sawari Hadi yang menjabat sebagai kepala sekolah sejak tiga tahun lalu itu.
Namun, lanjut dia, jika masalah tersebut terdapat unsur kriminal, pihaknya akan menyerahkannya pada kepolisian untuk ditindaklanjuti.
Ia juga menyayangkan dengan kejadian tersebut. Masalahnya, keduanya adalah siswa kelas tiga yang sebentar lagi akan mengikuti ujian akhir sekolah dan nasional.
"Kami hanya berharap, masalah itu segera selesai. Sebentar lagi juga ujian nasional, dan tentunya tidak ingin jika masa depan mereka terhalang hanya dengan masalah tersebut," katanya.
Kasus video kekerasan yang melibatkan pelajar putri kembali terekam dalam sebuah telepon selular (ponsel) di Tulungagung, Jawa Timur. Video dengan durasi lima menit 40 detik itu memperlihatkan aksi cek cok dua orang pelajar putri di depan kantin sekolah, saat jam istirahat berlangsung yang diakhiri dengan aksi pukul.
Pelaku diketahui berinisial VDA, siswi kelas III IPS I. Dalam video terekam, dia memukul dan menjambak TDH, rekannya, III IPS II. Hingga saat ini, belum jelas latar belakang pemicu masalah tersebut.

Artikel tersebut dapat menjadi bahan pembicaraan di DPR-D Surabaya guna memberantas Kekerasab antar pelajar yang meraja rela di Surabaya.Sering kali kekerasan antar pelajar terjadi karena timbul nya salah paham atau perbedaan pendapat antar pelajar satu sekolah ataupun sekolah lain nya.Gejala tersebut dapat di kurangi jika pelajar dapat mengontrol emosi mereka sendiri.Di sekolah saya sendiri tidak pernah terjadi tawuran atau semacam nya.Mungkin itu semua karna faktor murid yang tahu etika di sekolah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

weLcoMe tO mY bLogG.

aAoO...

pA kaBAr nEh.?q hRap siH kaLIan baEk2 aJ yA meSki qLiaN gK keLiaTAn sedIh tPi perAsAAn nTu jGn di tnJuKiN kE puBLik.

hEhEhE...saLAm keNaL yO..

uYAb............nE q kSiH Fs aK..cdluyab@yahoo.com